Saya mencoba headphone on-ear murah dari JBL – nilai bagus, tapi ada satu masalah kenyamanan

Headphone terjangkau JBL unggul dalam suara, tapi kurang nyaman dipakai

Headphone nirkabel JBL Tune 510BT bersandar pada pilar dengan latar belakang berwarna merah muda
terakhir diperbarui 25 Sep 2025

Sejujurnya, saya tidak pernah benar-benar mengerti daya tarik headphone on-ear. Saya paham, ada orang yang tidak suka sensasi terisolasi, ukuran besar, atau rasa panas dari headphone over-ear, tapi menurut saya, on-ear selalu terasa seperti pilihan tanggung. Kalau saya butuh sesuatu yang ringan, biasanya saya pilih earbud terbaik yang saya punya.

Namun, ketika JBL Tune 510BT sampai di meja saya, saya memutuskan untuk mencobanya dengan pikiran terbuka. Headphone on-ear ini sering dijual dengan harga di bawah Rp450.000, dan menjanjikan bass yang kuat serta desain yang nyaman dan bisa dilipat.

Dengan pertimbangan itu, saya sambungkan Tune 510BT ke ponsel, buka Tidal, dan mulai mendengarkan. Selama seminggu pengujian, saya menemukan banyak hal positif. Namun, saya tetap merasa headphone on-ear bukan pilihan yang pas untuk saya—tapi bukan karena alasan yang saya kira sebelumnya. Penasaran? Berikut pengalaman saya selama menggunakan Tune 510BT.

Nilai luar biasa di bawah Rp450.000

Headphone nirkabel JBL Tune 510BT yang terlipat di atas latar belakang berwarna merah muda
(Image credit: Future)

Mari mulai dengan hal-hal positif—ada beberapa fitur yang benar-benar menonjol di sini. Pertama, headphone ini sangat terjangkau. Saat artikel ini ditulis, kamu bisa mendapatkannya hanya dengan Rp450.000 di Amazon, menjadikannya pilihan ramah dompet bagi siapa saja yang mencari audio berkualitas dengan anggaran terbatas.

Desainnya yang ringkas dan bisa dilipat juga menjadi nilai tambah besar. Kamu bisa dengan mudah melipatnya dan memasukkannya ke dalam tas kecil atau bahkan saku besar, sehingga sangat cocok untuk bepergian atau dipakai sehari-hari.

Melihat harganya yang murah dan model on-ear, kualitas suaranya cukup mengejutkan. Saat mendengarkan "Sakura" dari Chris Stussy dan Locklead, bass terasa punchy tanpa menenggelamkan instrumen lain. Meskipun bass bisa terdengar agak keruh di volume tinggi, ini mungkin bukan masalah besar bagi mereka yang mengutamakan pengalaman mendengarkan yang seru dan terjangkau.

Pada lagu "Black Eye" dari Allie X, vokal terdengar jelas, meski bukan yang paling detail atau terpisah. Frekuensi rendah seperti drum machine terasa dominan, tapi perkusi bernada tinggi kadang terdengar agak tajam dan menonjol.

Headphone ini juga menawarkan konektivitas multi-point, dukungan asisten suara, dan panggilan hands-free. Walaupun fitur-fitur ini cukup umum saat ini, tetap menyenangkan menemukan semuanya di headphone semurah ini.

Ada beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan. Desainnya bukan yang paling stylish, dengan earcup berbahan plastik mengilap yang tidak terlihat premium. Bahan plastik, tombol kontrol, dan headband-nya juga terasa murah, sesuai harganya. Daya tahan baterai diklaim 40 jam—cukup untuk kebanyakan pengguna, tapi bukan yang terbaik, apalagi karena tidak ada fitur peredam bising aktif.

Namun, kekurangan-kekurangan ini saja belum sepenuhnya menjelaskan kenapa saya tidak merekomendasikan headphone ini. Ada satu hal lain yang membuat saya memutuskan untuk melewatkannya, bahkan lebih cepat daripada investor di acara reality show bisnis.

Tapi begini ceritanya…

Tampilan dekat tombol pengatur volume pada headphone nirkabel JBL Tune 510BT
(Image credit: Future)

Mari kita bicara soal kenyamanan—sayangnya, headphone ini kurang nyaman buat saya. Sebagai seseorang dengan kepala dan telinga yang cukup besar, saya merasa headphone ini memberikan tekanan cukup kuat di telinga. Setelah mendengarkan sebentar saja, telinga saya jadi merah dan rasanya kurang menyenangkan.

Saya juga punya tindik di telinga kiri, dan tekanan dari headphone ini justru mendorong tindik itu ke leher saya, jadi makin tidak nyaman. Karena itu, saya jadi ragu untuk terus memakai headphone ini, dan jujur saja, saya benar-benar merasa lega begitu kembali menggunakan headphone over-ear favorit saya.

Kalau kamu punya kepala dan telinga yang lebih kecil, atau sudah terbiasa dengan headphone on-ear dan tidak masalah dengan rasa ketat, mungkin headphone ini bisa jadi pilihan yang oke—apalagi harganya cukup terjangkau, di bawah Rp450.000. Tapi buat saya pribadi, rasanya kurang cocok.

Mungkin salah satu headphone on-ear dengan rating terbaik bisa mengubah pendapat saya di masa depan! Saya juga ingin tahu pendapat kamu—apakah kamu lebih suka headphone on-ear? Atau tertarik mencoba yang ini? Bagikan pengalaman kamu di kolom komentar, ya!

NewsLetter

Dapatkan artikel yang paling banyak dibicarakan langsung di kotak masuk Anda

Setiap minggu kami membagikan berita paling relevan tentang teknologi dan hiburan. Bergabunglah dengan komunitas kami.

Privasi Anda penting bagi kami. Kami berjanji tidak akan mengirim spam!